MAKALAH
SOSIOLOGI
“KONFLIK”
Disusun Oleh :
Vivie Alfiah
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
pada bidang Pelajaran Sosiologi yang berjudul “Konflik”.
Tantangan zaman yang menghadang bangsa kita sekarang
banyak yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial-politik yang di dalamnya
sering terjadi suatu konflik. Sehubungan dengan itu, dalam kedudukannya sebagai
sebuah makalah yang mengandung banyak kajian mengenai definisi, asal muasal,
serta rentetan kejadian suatu konflik, diharapkan dapat memberikan edukasi
lebih, mengenai cara menghindari dan mengatasi suatu konflik yang terjadi pada
beberapa aspek, seperti pada bidang sosial-politik, ras, agama, serta individu.
Sebagai bentuk upaya partisipasi serta pemenuhan tugas
dari mata pelajaran Sosiologi, penulis berupaya menyusun makalah ini, yang
bersumber dari beberapa buku bacaan yang penulis dapatkan dari perpustakaan
sekolah. Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis menyadari bahwasannya makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, dari pembahasan sampai dari ejaan bahasanya. Oleh
karena itu penulis mengaharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun,
guna terciptanya suatu koreksi yang baik untuk dapat di jadikan acuan di
kemudian hari.
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………………………………………... ii
BAB I Pendahuluan ………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang
Masalah ………………………………… 1
1.2 Identifikasi Masalah
…………………………………….. 1
1.3 Pembatasan
Masalah …………………………………….. 1
1.4 Perumusan
Masalah ……………………………………… 1
1.5 Kegunaan
Penelitian ……………………………………… 2
1.6 Tujuan Penulisan
………………………………………… 2
BAB II Pembahasan ……………………………………………… 3
2.1 Definisi Konflik ………………………………………… 3
2.2 Bentuk-bentuk Konflik ………………………………… 4
2.3 Penyebab Terjadinya Konflik …………………………… 5
2.4 Dampak-dampak Konflik ……………………………… 7
2.5 Contoh Konflik Sosial di Indonesia
……………………… 8
2.6 Cara Mengatasi Konflik ………………………………… 10
BAB III Penutup …………………………………………………… 13
3.1 Kesimpulan ……………………………………………… 13
3.2 Saran …………………………………………………… 13
Daftar Pustaka
…………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Indonesia yang
memiliki keragaman etnis, budaya, dan latar belakang, sangat berpontrensi untuk
terlibat konflik. Oleh sebab itu, dibutuhkan kesadaran dan kemampuan untuk
dapat mengelola konflik menjadi suatu yang positif, yaitu dengan cara
mengendalikan dan menjaga intergrasi sosial yang harmonis. Namun demikian,
kadangkala pertentangan-pertentangan tidak bisa dihindari. Pertentangan yang
timbul dari perbedaan-perbedaan tersebut bisa mendatangkan konflik.
Pertentangan ini bisa saja disebabkan oleh perbedaan tata cara, adat istiadat,
suku bangsa, dan bahkan agama yang seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan.
Padahal, apabila dikelola dan ditangai dengan baik, bisa mendatangkan
kemanfaatan bai masyarakat.
1.2 Identifikasi
Masalah
Dalam hal ini
dapat disimpulkan beberapa kemungkinan terjadinya sebuah konflik, yang terjadi
pada beberapa aspek kehidupan bermasyarakat.
1. Perbedaan
individu
2. Perbedaan latar
belakang kebudayaan
3. Perbedaan
kepentingan
4. Perubahan
nilai-nilai yang cepat
5. Serta kurangnya
komunikasi yang baik, yang terjadi antar perbedaan yang ada.
1.3 Pembatasan
Masalah
Karena cangkupan
dari suatu konflik begitu luas, meliputi definisi konflik, macam-macam pendapat
tentang konflik menurut para ahli, macam-macam jenis konflik yang terjadi,
serta beberapa upaya penanganan konflik yang ada.
1.4 Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka saya dapat mengambil perumusan masalah
sebagai berikut:
”Apa itu
konflik?. Apa penyebab terjadinya suatu konflik, serta bagaimana pengananan dan
pengelolaan konflik agar dapat terselesaikan dengan baik dan dapat menjadi
manfaat pada masyarakat yang ada di dalamnya”.
1.5 Kegunaan
Penelitian
Kegunaan pembahasan ini adalah sebagai informasi bagi pembaca
serta penulis sendiri, untuk dapat memahami apa itu konflik, penyebab
terjadinya suatu konflik, serta bagaimana cara menyelesaikan suatu konflik yang
mungkin terjadi pada kehidupan sehari-hari.
1.6 Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah yang
berjudul “Konflik”, adalah sebagai pemenuhan tugas dari mata pelajaran
Sosiologi. Diharapkan makalah ini dapat diterima oleh Guru Pembimbing sebagi
suatu pemenuhan tugas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Konflik
Pengertian konflik yang paling sederhana
adalah “saling memukul” atau dalam bahasa latin disebut juga “Configere”. Sedangkan
Istilah konflik menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
percekcokan, perselisihan, pertentangan yang terjadi pada dua kubu atau lebih.
Ada pula pengertian lain mengenai konflik, yaitu salah satu bagian dalam
interaksi sosial yang berbentuk disosiatif.
Beberapa ahli memberikan definisitentang
konflik dari sidit pandang masing-masing. Berikut ini adalah pendapat mereka
tentang pengertian konflik.
a.
Berstein (1965)
Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan
atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang
memberikan pengaruh positif dan negative dalam interaksi manusia.
b.
Robert M.Z Lawang
Menurut lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh
status, nilai, kekuasaan, dimana tujuan mereka yang berkonflik hanya memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukan saingannya.
c.
Ariono Suyono
Menurut Ariono Suyono, konflik adalah proses atau
keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan
masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun
tuntutan dari masing-masing pihak.
d.
James W. Vander Zanden
Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai
nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat
yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun
menyisihkan lawan mereka.
e.
Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu
proses sosial di mana orang per orang atau kelompok manusia berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan disertai ancaman atau
kekerasan.
2.2
Bentuk-bentuk Konflik
Konflik dalam masyarakat dibedakan menjadi
macam-macam bentuk konflik. Diantaranya:
a.
Konflik Pribadi/ Individu
Konflik ini terjadi antara
orang per orang. Masalah yang melandasi konflik pribadi/ individu ini adalah
masalah pribadi. Konflik ini bisa terjadi jika sejak awal dinatara mereka sudah
tidak ada rasa simpati dan tidak saling menyukai. Namun bisa juga terjadi pada
orang yang sudah lama saling kenal dan menjalin hubungan baik. Dalam perjalanan
persahabatan itu terjadi konflik yang tidak bisa disatukan.
b.
Konflik Rasial
Konflik Rasial adalah
pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang
saling bertabrakan. Konflik Rasial umumnya terjadi karena salah satu ras merasa
sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna di antara ras lainnya.
c.
Konflik Politik
Masalah politik sering
mengakibatkan terjadinya konflik diantara masyarakat. Konflik politik merupakan
konflik yang menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun dinatara
negara-negara yang berdaulat.
d.
Konflik Antar Kelas Sosial
Konflik antarkelas social
merupakan pertentangan antara dua kelas social. Konflik itu terjadi umumnya
dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut.
e.
Konflik Internasional
Konflik internasional, yaitu
pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok Negara (blok), karena perbedaan
kepentingan. Banyak kasus terjadinya konflik internasional sebenarnya bermula
dari konflik dua Negara karena masalah politik dan ekonomi. Konflik berkembang
menjadi konflik internasional karena masing-masing pihak mencari kawan atau
sekutu yangmemiliki kesamaan visi atau tujuan terhadap masalah yang
dipertentangkan.
f.
Konflik Antar Kelompok
Konflik antarkelompok
terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama
atau karena pemaksaan unsure-unsur budaya asing. Selain itu, karena ada
pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang
terpendam.
g.
Konflik Antar Generasi
Konflik antar generasi
adalah konflik yang terjadi karena adanya mobilitas social yang menyebabkan
pergeseran hubungan antara generasi satu dengan generasi lain. Dengan demikian,
terjadilah suatu permasalahan, yang satu ingin mempertahankan nilai yang sama,
sedangkan yang lain ingin mengubahnya.
h.
Konflik Antar Penganut Agama
Dengan dijiwai toleransi dan
saling menghormati, kehidupan beragama di Indonesia dapat dikatakan rukun.
Meskipun demikian, dalam hubungan antar penganut agama, mungkin saja timbul
kesalahpahaman karena sikap prasangka negatife dari penganut agama yang satu
terhadap yang lain.
2.3 Penyebab
Terjadinya Konflik
Interaksi social yang
bersifat disosiasif mengarah kepada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik,
yang berwujud persaingan (Competition) dan kekerasan. Konflik atau pertentangan
adalah suatu proses yang terjadi apabila individu atau kelompok berusaha
mencapai tujuan dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau
kekerasan.
Jenis konflik cukup
banyak, mulai dari perang terbuka, revolusi, pemogokan buruh, kerusuhan rasial,
sampai dengan perkelahian antar individu. Pada umumnya, para sosiolog
berpendapat bahwa sumber konflik social adalah hubungan-hubungan social,
politik dan ekonomi. Mereka jarang menyoroti sifat dasar biologis manusia
sebagai penyebabnya. Kebanyak teoritisi konflik berpendapat bahwa konflik
bersumber dari perebutan atas suatu hal yang terbatas, namun ada pula yang
melihatnya sebagai ketimpangan. Banyak konflik yang diakibatkan oleh perbedaan
tujuan ataupun nilai-nilai.
Selain hal-hal diatas,
ada beberapa faktor lain yang dapat memicu terjadinya konflik, antara lain
sebagai berikut:
a.
Perbedaan Individu
Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan social, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya.
b.
Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Dalam lingkup yang lebih
luas, masing-masing kelompok kebudayaan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial
yang berbeda-beda ukurannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan-perbedaan
inila yang dapat mendatangkan konflik sosial, sebab kriteria tentang
baik-buruk, sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, atau bahkan berguna atau
tidak bergunanya sesuatu, baik itu benda fisik ataupun nonfisik, berbeda-beda
menurut pola pemikiran masing-masingyang didasarkan pada latar belakang
kebudayaan masing-masing.
c.
Perbedaan Kepentingan
Manusia memiliki perasaan,
pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu,
dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda.
Konflik akibat perbedaan
kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Begitu pula dapat etrjadi antar kelompok atau antara kelopok dengan
individu.
d.
Perubahan-perubahan Nilai yang Cepat
Perubahan adalah susuatu
yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau
bahkan mendadak, akan menyebabkan konflik sosial. Misalnya pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercocok tanam, berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan structural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Perubahan-perubahan ini,
jika terjadi secara cepat dan mendadak, akan membuat kegoncangan dalam
prose-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap
semua bentuk perubahan tadi karena dianggap dapat mengacaukan tatanan kehidupan
masyarakat yang telah ada.
2.4 Dampak-dampak
Konflik
Suatu konflik tidak selalu mendatangkan hak yang buruk, tetapi
kadang-kadang mendatangkan sesuatu yang positif. Segi positif suatukonflik
adalah sebagai berikut:
a.
Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum
jelasatau masih belum tuntas ditelaah.
b.
Memungkinkan
adanya penyesuaian kembali norma dan nilai serta hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.
c.
Jalan mengurangi ketergantungan antarindividu dan
kelompok.
d.
Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama
dan menciptakan norma-norma baru.
e.
Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
Hasil dari suatu konflik
sosial adalah sbagai berikut:
a. Meningkatkan solidaritas sesame anggota kelompok
(in-group solidarity) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
b.
Keretakan hubungan antarindividu atau kelompok.
c.
Perubahan kepribadian antarindividu
d.
Kerusakan harta benda dan bahkan kehilangan nyawa
manusia.
e.
Akomodasi, dominasi, bahkan penaklukan salah satu
pihak yang terlibat dalam pertikaian.
2.5 Contoh
Konflik Sosial di Indonesia Tahun 1995-2000
No.
|
Peristiwa
|
Waktu
|
Sebab-sebab
|
Jumlah Korban
|
1.
|
Kerusuhan Abepura
|
20 Maret 1996
|
Ketersinggungan etnis, agama, dan hubungan
rasial
|
4 orang meninggal
16 luka-luka
11 rumah hancur
Kaca-kaca took dan perkantoran hancur
|
2.
|
Kerusuhan Makasar
|
24 April 1996
|
Ekonomi
|
orang meninggal
1 mobil hancur
|
3.
|
Insiden 27 Juli di Jalan Diponogoro Jakarta
|
27 Juli 1996
|
Politik
|
5 orang meninggal
23 orang hilang
149 luka-luka
56 bangunan dibakar
197 sepeda motor dibakar
Perkiraan total kerugian 100 miliar rupiah
|
4.
|
Peristiwa, Situbondo, Jawa Timur
|
10 Oktober 1996
|
Persoalan ketersinggungan etnis, agama, dan
hubungan rasial
|
5 orang meninggal
23 gereja dirusak/dibakar habis
2 bangunan dibakar habis
1 sekolah dibakar habis
Pengadilan dibakar habis
1 restoran dibakar
1 mini market dibakar habis
4 mobil dibakar
|
5.
|
Kerusuhan Tasikmalaya
|
26 Desember 1996
|
Persoalan ketersinggungan etnis, agama, dan
hubungan rasial
|
3 oarng meninggal
89 toko dijarah
43 toko dibakar habis
60 mobil dibakar habis
12 gereja dibakar/rusak
6 bank swasta dibakar/dirusak
3.340 karyawan kehilangan pekerjaan
|
6.
|
Kerusuhan Sanggau Ledo
|
29 Desember 1996 – 2 Januari 1997
|
Persoalan ketersinggungan etnis, agama, dan
hubungan rasial
|
1.720 orang meninggal
± 14.000 penduduk dievakuasi
Ratusan rumah dirusak/dibakar
|
7.
|
Kerusuhan Banjarmasin
|
23 Mei 1997
|
Politik
|
133 orang meninggal
80 orang luka-luka
130 rumah dibakar habis
10 kantor/hotel dibakar habis
21 mobil dibakar
12 mobil dirusak
60 sepeda motor dibakar
4 sepeda motor dirusak
3 supermarket dibakar habis
1 mall dibakar habis
|
8.
|
Tragedi Trisakti
|
13-15 Mei 1998
|
Politik
|
4 orang meninggal
|
9.
|
Kerusuhan Poso
|
25-28 Desember 1998
|
Persoalan ketersinggungan etnis, agama, dan
hubungan rasial
|
100 orang luka-luka
3 sepeda motor dibakar
10 rumah rusak
|
10.
|
Kerusuhan Ambon II
|
19-25 Maret 1999 - Juli 2000
|
Persoalan ketersinggungan etnis, agama, dan
hubungan rasial
|
4.000 orang meninggal
2.242 rumah dan rumah ibadah rusak dan
dibakar
5.556 keluarga (terdiri atas 22.500 jiwa)
menjadi pengungsi
|
2.6 Cara
Mengatasi Konflik
Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam
mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian
saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk
akomodasi :
A. Gencatan senjata,
yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu
pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan
perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan
perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
B. Abitrasi, yaitu suatu
perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan
keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti
ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat,
bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka
pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
C. Mediasi,
yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan
yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia
dengan Belanda.
D. Konsiliasi, yaitu usaha
untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai
persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap
penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemeapai
kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah,
jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
E. Stalemate, yaitu keadaan
ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang,
lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi
karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai
contoh : adu senjata
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
pada masa Perang dingin.
Adapun
cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :
A. Elimination, yaitu
pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang
diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan
sebagainya.
B. Subjugation atau domination, yaitu orang
atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau
pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan
yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
C. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang
ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan
argumentasi.
D. Minority consent, yaitu kemenangan
kelompok mayoritas
yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas.
Kelompok minoritas
sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama
dengan kelompok mayoritas.
F. Integrasi, yaitu
mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai
diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Konflik merupakan salah satu bagian
dalam interaksi sosial yang berbentuk disosiatif. Dari beberapa pendapat para ahli, konflik
dapat digaris bawahi sebagai suatu tindakan pertentangan, penolakan dan
perbedaan yang tidak dapat dicegah.
Beberapa faktor dianggap sangat berpengaruh akan
terjadinya suatu konflik, baik konflik secara individual, rasial, politik, antarkelas sosial, Internasional, antarkelompok, antar generasi,
hingga antar penganut agama, penyebabnya diantara lain,
a.
Perbedaan Individu
b.
Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
c.
Perbedaan Kepentingan
d.
Perubahan-perubahan Nilai yang Cepat
Konflik selalu melahirkan dampak kepada
pihak-pihak yang menjadi pelaku konflik itu sendiri. Selain dampak negatif
seperti korban jiwa, kerusakan, hingga kehilangan tempat tinggal, konflik juga dapat
mendatangkan dampak positifnya diantaranya, memperjelas aspek-aspek kehidupan,
memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma dan nilai-nilai, hingga berfungsi
sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam
masyarakat.
3.2 Saran
Diharapkan sebagai generasi penerus
yang memiliki wawasan pendidikan yang jauh lebih baik, akan memudahkan para
penerus bangsa dalam menghadapi suatu konflik dan memecahkannya dengan cara
yang lebih baik dan bijaksana sesuai dengan porsi dari konflik itu sendiri.
Daftar
Pustaka
-·Budiyono. 2009. Sosiologi 2 Untuk SMA/ MA Kelas XI. Jakarta. Pusat Perbukuan,
Departemen Nasional
-·Muin, Idianto. 2007. Sosiologi SMA/ MA Jilid 2 Untuk Kelas XI. Jakarta. Penerbit Erlangga
-Sulasmono, Suteng, Bambang. 2007. Sosiologi SMA Jilid 2 Untuk Kelas XI. Jakarta. PT Phibeta Aneka Gama
-Syatra, Khafi, Abdul. 2010. Buku Pintar Sosiologi Untuk SMA dan Sederajat.
Yogyakarta. Penerbit Garailmu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_konflik
3 komentar:
Tulisannya bagus...mksh...moga bermanfaat
Terimakasih semoga nanti bisa buat yg lebih banyak dan bagus lagi...
Manyul
Posting Komentar